A.
Konsep
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
1.
Pengertian
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
AKDR
merupakan bahan inert sintetik
(dengan atau tanpa unsur tambahan untuk sinergi efektifitas) dengan berbagai
bentuk dipasangkan kedalam rongga rahim untuk menghasilkan efek kontrasepsi
(Saifuddin, 2003:MK 75).
AKDR
adalah alat kontrasepsi yang disisipkan ke dalam rahim, terbuat dari bahan
sejenis plastik berwarna putih. Adapula IUD yang sebagian plastiknya ditutupi
tembaga dan bentuknya bermacam-macam (PKBI, 2003:13).
AKDR
adalah salah satu alat kontrasepsi modern. Merupakan alat kontrasepsi yang
telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan dan masa aktif
fungsi kontrasepsinya) yang diletakkan dalam cavum uteri sebagai usaha kontrasepsi ; menghalangi fertilisasi dan
menyulitkan telur berimplantasi dalam uterus (Eva Elly Sibagariang, 2010: 186)
2.
Jenis
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Menurut
Mochtar (1998:325), saat ini AKDR telah memasuki era generasi keempat, karena
itu berpuluh macam AKDR telah dikembangkan mulai dari generasi pertama yang
terbuat dari benang sutra dan logam sampai pada generasi plastik (polietilen) baik yang tidak ditambahi
obat (unmedicated) maupun yang
dibubuhi obat (medicated).
a. Menurut
bentuknya AKDR dibagi menjadi :
1) Bentuk
terbuka (open device), misalnya
lippes loop, Cu-T, Cu-7, Margulies, Sporing coil, multiload, Nova-T dan
lainnya.
2) Bentuk
tertutup (close device), misalnya ota
ring, antigen, grafenberg ring, hall stone ring.
b. Menurut
tambahan obat atau metal
1) Medicated
AKDR, misalnya CU-T 200 220, 300, 380A, Cu-7, Nova-T MI-Cu 250, 375,
progestasert.
2) Unmedicated AKDR,
misalnya lippes loop, Margulies, saf-T coil, antigon. AKDR yang banyak dipakai
di Indonesia dewasa ini dari jenis medicated
Cu-T, Cu-7 multiload, dan Nova-T.
Jenis-jenis AKDR
menurut Manuaba (1998:456), yaitu;
a. Jenis
Lippes loop
1) Lippes
loop dimasukkan kedalam introdusor dari pangkal, sampai mendekati ujung
proksimal.
2) Tali
AKDR dapat dipotong dahulu, sesuai dengan keinginan atau dipotong kemudian
setelah pemasangan.
3) Introdusor
dimasukkan kedalam rahim, sesuai dengan dalamnya rahim.
4) Pendorong
AKDR dimasukkan kedalam introdusor, untuk mendorong sehingga lippes loop
terpasang.
5) Setelah
terpasang, maka introduor dan pendorongnya ditarik bersama.
6) Tali
AKDR dapat dipotong sependek mungkin untuk menghindari sentuhan penis dan
menghindari infeksi.
b. Jenis
Cupper T atau Seven Cupper
1) Bungkus
seven cupper atau cupper T dibuka
2) AKDR
nya dimasukkan kedalam introdusor melalui ujungnya sampai batas tertentu dengan
memakai sarung tangan steril.
3) Introdusor
dengan AKDR terpasang dimasukkan kedalam rahim sampai menyentuh fundus uteri
dan ditarik sedikit.
4) Pendorong
selanjutnya mendorong AKDR hingga terpasang.
5) Introdusor
dan pendorong ditarik.
c.
Jenis Multiload atau medusa
1) Pembungkus
AKDR dibuka menjelang pemasangan.
2) Tekhnik
pemasangan langsung dengan mendorong sampai mencapai fundus uteri, tanpa berhenti.
3) Setelah
mencapai fundus uteri, introdusornya ditarik.
4) Tali
AKDR dipotong sependek mungkin.
5) Sterilisasi
pemasangan medusa atau multiload lebih
terjamin, komplikasi perforasi terjadi saat pemasangan AKDR.
Sedangkan jenis AKDR menurut Saifudin
(2006: MK 74), yaitu :
a. AKDR
CuT-380A, kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T
diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu). Tersedia di
Indonesia dan terdapat dimana-mana.
b. AKDR
lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (Schering).
c. Selanjutnya
yang akan dibahas adalah khusus CuT-380A.
3.
Mekanisme
Kerja
Menurut
Manuaba (1998:455) makanisme kerja AKDR adalah :
a. AKDR
merupakan benda asing dalam rahim sehingga menimbulkan reaksi benda asing
dengan timbunan leokosit, magrofag, dan
limfosit.
b. AKDR
menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin, yang menghalangi
kapasitasi spermatozoa.
c.
Pemadatan endometrium oleh leokosit, magrofag, dan limfosit, menyebabkan blastokis mungkin dirusak oleh magrofag
dan blastokis tidak mampu
melaksanakan nidasi.
d.
Ion
Cu yang dikeluarkan AKDR dengan cupper menyebabkan gangguan gerak spermatozoa sehingga mengurangi
kemampuan untuk melaksanakan konsepsi.
Bila
diambil suatu kesimpulan; maka mekanisme kerja AKDR mungkin sebagai akibat
terganggunya transport sel mani dan atau ovum atau karena gangguan implantasi blastokis.
Mekanisme
kerja AKDR menurut Hartanto (2003:57), yaitu:
a.
Timbulnya reaksi radang
lokal yang nonspesifik didalam cavum
uteri sehingga implantasi sel telur yang sudah dibuahi terganggu. Disamping
itu dengan munculnya lekosit PMN, magrofag,
foreign body giant cells, sel
mononuclear, dan sel plasma yang dapat mengakibatkan lysis dari spermatozoa atau ovum dan blastocyst.
b. Produksi
lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan terhambatnya implantasi.
c. Gangguan
atau terlepasnya blastocyst yang telah berimplantasi di dalam endometrium.
d. Pergerakan
ovum yang bertambah cepat didalam tuba falopii.
e. Immobilisasi
spermatozoa saat melewati cavum uteri.
f. Dari
penelitian-penelitian terakhir disangka bahwa AKDR juga mencegah spermatozoa
membuahi sel telur (mencegah fertilitas).
g. Untuk
AKDR yang mengandung Cu :
1) Antagonism
terhadap Zn yang terdapat dalam carbonic
anhydrase, sehingga tidak memungkinkan tidak terjadinya implantasi dan juga
menghambat aktifitas alkali phosphatase.
2) Mengganggu
pengambilan estrogen endogenalis oleh mucosa uterus.
3) Mengganggu
jumlah DNA dalam sel endometrium.
4) Mengganggu
metabolisme glikogen.
h. Untuk
AKDR yang mengandung hormon progesterone :
1) Gangguan
proses pematangan proliferatif-skretoir
sehingga timbul penekanan terhadap endometrium dan terganggunya proses
implantasi (endometrium tetap berada dalam fase decidual atau progestational).
2) Lender
serviks yang menjadi lebih kental atau tebal karena pengaruh progestin.
4.
Efektifitas
Menurut
Mochtar (1998:331), efektifitas AKDR cukup tinggi untuk mencegah kehamilan
dalam waktu yang lama. Angka kehamilan IUD berkisar antara 1,5-3 per 100 wanita
pada tahun pertama dan angka ini akan lebih rendah untuk tahun-tahun
selanjutnya pemakaian.
Efektifitas
dari alat kontrasepsi AKDR, yaitu:
a. AKDR
post-plasenta telah dibuktikan tidak menambah risiko infeksi, perforasi dan
perdarahan.
b. Diakui
bahwa ekspulsi lebih tinggi (6-10 %) dan ini harus disadari oleh pasien; bila
mau dapat dipasang lagi.
c. Kemampuan
penolong meletakkan difundus amat memperkecil risiko ekspulsi, oleh karena itu
diperlukan pelatihan.
d. Kontraindikasi
pemasangan post-plasenta ialah: ketuban pecah lama, infeksi intrapartum,
perdarahan postpartum.
Efektifitas
AKDR menurut Saifudin (2006:MK 78), yaitu ;
a. AKDR
post-plasenta telah dibuktikan tidak
menambah risiko infeksi, perforasi, dan perdarahan.
b. Diakui
bahwa ekspulsi lebih tinggi (6-10%) dan ini harus disadari oleh pasien bila mau
akan dapat dipasang lagi.
c. Kemampuan
penolong meletakkan di fundus amat memperkecil risiko ekspulsi. Oleh karena itu
diperlukan pelatihan.
d. Kontraindikasi
pemasangan post-plasenta ialah : ketuban pecah lama, infeksi intrapartum,
perdarahan post partum.
5.
Indikasi
Pemasangan
Menurut
Mochtar (1998:331), indikasi pemasangan IUD, yaitu :
a. Telah
mempunyai anak hidup satu atau lebih
b. Ingin
menjarangkan kehamilan (spacing)
c. Sudah
cukup anak hidup, tidak mau hamil lagi, namun takut atau menolak cara permanent
(kontrasepsi mantap), biasanya dipasang IUD yang masa pakainya lama (lippes
loop, Nova-T untuk 5 tahun dan sebagainya)
d. Tidak
boleh atau tidak cocok memakai kontrasepsi hormonal (sakit jantung, hipertensi,
penyakit hati)
e. Dianjurkan
pada wanita umur diatas 35 tahun, dimana kontrasepsi hormonal dapat kurang
menguntungkan.
Menurut Manuaba
(1998:456) indikasi pemasangan AKDR adalah ;
a. Bersamaan
dengan menstruasi
b. Segara
setelah bersih menstruasi
c. Pada
masa akhir puerperium
d. Tiga
buan pasca persalinan
e. Bersamaan
dengan seksio sesarea
f. Bersamaan
dengan abortus dan kuretage
g. Hari
kedua-ketiga pascapersalinan
Sedangkan
indikasi pemasangan AKDR menurut Saifudin (2006: MK 76)
a. Usia
reproduksi
b. Keadaan
nulipara
c. Menginginkan
alat kontrasepsi jangka panjang
d. Ibu
menyusui yang menginginkan menggunakan alat kontrasepsi
e. Setelah
melahirkan dan tidak menyusui bayinya.
f. Setelah
mengalami abortus dan tidak mengalami infeksi
g. Resiko
rendah dari IMS
h. Tidak
menghendaki metode hormonal
i.
Tidak menyukai untuk mengingat-ingat
minum pil setiap hari
6.
Kontraindikasi
Menurut
Saifuddin (2006:MK 77), yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR, yaitu :
a. Sedang
hamil (diketahui hamil atau sedang hamil)
b. Perdarahan
vagina yang tidak diketahui
c. Sedang
menderita infeksi alat genital (vaginitis, servicitis)
d. Tiga
bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septic.
e. Kelainan
bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi
kavum uteri
f. Penyakit
trofoblas yang ganas
g. Diketahui
menderita TBC pelvic
h. Kanker
alat genital
i. Ukuran
rongga rahim kurang dari 5 cm
Menurut Manuaba
(1998:456) yang tidak boleh menggunakan alat kontrasepsi AKDR adalah :
a. Terdapat
infeksi genitalia
b. Dugaan
keganasan serviks
c. Perdarahan
dengan sebab yang tidak jelas
d. Pada
kehamilan: tidak terjadi abortus, mudah perforasi, perdarahan, infeksi.
Menurut buku panduan
praktis pelayanan kontrasepi (2006), yang tidak boleh menggunakan alat
kontrasepsi AKDR adalah :
a. Sedang
hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)
b. Perdarahan
vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi)
c. Sedang
menderita infeksi alat genital (vaginitis, serfisitis)
d. Tiga
bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septic.
e. Kelainan
bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi
kavum uteri.
f. Penyakit
trofoblas yang ganas
g. Diketahui
menderita TBC pelvic
h. Kanker
alat genital
i.
Ukuran rongga rahim
kurang dari 5 cm.
7.
Keuntungan
Menurut
Manuaba (1998: 455), keuntungan AKDR, yaitu :
a. Dapat
diterima masyarakat dengan baik
b. Pemasangan
tidak memerlukan medis teknis yang sulit
c. Kontrol
medis yang ringan
d. Penyulit
tidak terlalu berat
e. Pulihnya
kesuburan setelah AKDR dicabut berlangsung baik
Menurut
Mochtar (1992:339), keuntungan AKDR adalah :
a. Memerlukan
hanya satu kali motivasi dan pemasangan
b. Tidak
ada efek sistemik
c. Mencegah
kehamilan dalam jangka panjang
d. Sederhana,
ekonomis, mudah dipakai, cocok untuk penggunaan besar-besaran, disebut IUD
nisasi.
e. Kegagalan
disebabkan kesalahan akeptor tidak banyak.
f. Efektifitas
tinggi.
g. Kesuburan
dapat pulih kembali.
h. Tidak
diperlukan pendidikan dan inteligensia akseptor, karena itu dapat dipakai
didaerah pedesaan.
Menurut Saifudin (2006:
MK 75)
a. Sebagai
kontrasepsi efektifitasnya tinggi
b. AKDR
dapat efektif segera setelah pemasangan
c. Metode
jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti)
d. Sangat
efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ngingat.
e. Tidak
mempengaruhi hubungan seksual.
f. Meningkatkan
kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
g. Tidak
ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)
h. Tidak
mempengaruhi kualitas dan volume ASI
i.
Dapat dipasang segara
setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
j.
Dapat digunakan setelah
menopause(1 tahun atau lebih setelah haid terakhir)
k. Tidak
ada interaksi dengan obat-obat.
l.
Membantu mencegah
kehamilan ektopik.
8.
Kerugian
Menurut
Manuaba (1998: 455), kerugian AKDR, yaitu :
a. Masih
terjadi kehamilan dengan AKDR
b. Terdapat
perdarahan : spotting dan menometroragia
c. Leokorea,
sehingga menguras protein tubuh dan liang senggama terasa lebih basah
d. Dapat
terjadi infeksi
e. Tingkat
akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer atau sekunder dan kehamilan
ektopik.
f. Tali
AKDR dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan mengganggu hubungan seksual.
Menurut
Saifudin (2006:MK 75) kerugian AKDR adalah :
a. Efek
samping yang umum terjadi :
1) Perubahan
siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan).
2) Haid
lebih lama dan banyak
3) Perdarahan
(spotting) antar menstruasi
4) Saat
haid lebih sakit
b. Komplikasi
lain
1) Merasakan
sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan
2) Perdarahan
berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia
3) Perforasi
dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar)
c. Tidak
mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
d. Tidak
baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti
pasangan
e. Penyakit
radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR, PRP dapat
memacu infertilitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar