A. Pengertian Plasenta previa
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal,
yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir. Pada keadaaan normal plasenta terletak di bagian atas
uterus (Prawirohardjo, 2006)
Plasenta previa adalah keadaan implantasi plasenta
demikian rupa sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh mulut rahim. Dengan
makin tuanya kehamilan dsan terjadi pembentukan segmen bawah rahim, terjadinya
pergeseran plasenta beserta pembuluh darahnya. Bentuk perdarahan dapat sedikit
demi sedikit atau disertai gumpalan darah (Bandiyah, 2009).
Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi
sejak kehamilan 20 minggu sat segmen bawah uteri telah terbentuk dan mulai
melebar serta menipis. Umumnya terjadi pada trimester ketiga karena segmen
bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan (Sujiatini, 2009).
Pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks
menyebabkan sinus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau
karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tak dapat dihindarkan karena ketidak mampuan
serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti plasenta letak
normal (Nugroho, 2010).
B. KLASIFIKASI
1. Plasenta
previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri
internum.
2. Plasenta
previa persialis adalah plasenta yang menutupi sebagai ostium uteri internum.
3. Plasenta
previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri
internum.
Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi,
oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih
dini dari pada plasenta letak rendah,yang
mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai (Rukiyah, 2010).
Menurut
Browne:
a. Tingkat
1: lateral plasenta previa
Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai segmen bawah
rahim, namun tidak sempai kepinggir pembukaan.
b. Tingkat
2: marginal plasenta previa
Plasenta
mencapai pinggir pembukaan (ostium).
c. Tingkat 3: complete plasenta previa
Plasenta
menutupi ostium waktu tertutup, dan tidak menutupi bila pembukaan hampir
lengkap.
d. Tingkat
4: central plasenta previa
Plasenta
menutupi seluruhnya pada pembukaan hampir lengkap.
C. FAKTOR
ETIOLOGI
Menurut
manuaba (2008) faktor-faktor penyebab terjadinya plasenta previa meliputi:
1. Gangguan
kesuburan endometrium
a. Usia
Menurut prawihardjo (2006) bahwa usia yang aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun karena kematian ibu pada usia
kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Hal ini dikarenakan pada wanita
usia kurang dari 20 tahun seringkali secara emosional dan fisik belum matang,
pendidikan pada umumnya rendah, masih tergantung pada orang lain dan alat
reproduksi belum matur sehingga tidak memiliki sistem transfer plasenta
seefisien wanita dewasa. Sedangkan pada wanita yang usia lebih dari 35 tahun
meskipun mereka telah berpengelaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya
sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi janin intra uterine (Di akses
tanggal 6 Januari 2012, Apuranto, 2006).
b. Paritas
Menurut cunningham (2009) paritas merupakan salah satu
faktor resiko penyebab tingginya kejadian plasenta previa, karena semakin
tinggi pula tingkat kematian ibu, begitu juga paritas 1, yang termasuk faktor
resiko selama kehamilan dan persalinan, sehingga paritas yang paling aman bila ditinjau
dari sudut kematian ibu adalah paritas 2-3. hal ini dikarenakan pada paritas 1
ibu biasanya masih takut dan cemas dalam menghadapi kehamilan dan persalinan
sehingga mengakibatkan gangguan pada kehamilan dan persalinan tersebut.
Sedangkan pada kehamilan dan persalinan karena uterus yang telah melahirkan
banyak anak cenderung bekerja tidak efisien sehingga dapat menyebabkan gangguan
selama kehamilan dan persalinan tersebut (Oxorn, 2003).
c. Riwayat
SC
Pada wanita yang pernah menjalani operasi sesar sebelumnya,
maka sekitar 4 dari 100 wanita tersebut akan mengalami 4 kali atau lebih
menjalani operasi sesar, maka dari 1 dari 10 wanita ini akan mengalami plasenta
previa.
Salah satu penyebab plasenta previa disini yaitu riwayat
sc, dimana saat kehamilan yang sebelumnya menjalani operasi sesar, maka bagian
dinding uterus telah diinsisi maka untuk kehamilan selanjutnya tidak menutup
kemungkinan plasenta menempel dibagian bawah uterus.
d. Bekas
dilatasi dan riwayat kuretase
Ibu yang pernah melakukan kuretase sebelumnya dapat
menyebabkan plasenta previa karena pada bagian endometrium dapat rusak karena
kuretase yang dilakukan, maka untuk kehamilan selanjutnya plasenta akan mencari
tempat implementasi yang lebih bagus.
e. Gizi
ibu
Gizi ibu yang kurang baik dapat menyebabkan plasenta
previa dimana gizi ibu yang kurang baik menyebabkan endometrium tumbuh tidak
baik. Dimana keadaan endometrium yang kurang baik, menyebabkan bahwa plasenta
harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin, karena luasnya
mendekati atau menutupi ostium internum.
2. Pelebaran
implantasi plasenta yaitu pada kehamilan ganda.
Memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta
tidak cukup atau diperlukan lebih banyak seperti pada kehamilan kembar,
plasenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluas permukaan sehingga
mendekati atau menutupi sama sekali permukaan jalan lahir (Winkjosastro, 2007).
D. MANIFESTASI
KLINIS
1. Anamnesa
a. Perdarahan
jalan lahir berwarna merah segar tanpa rasa nyeri, tanpa sebab.
b. Terutama
pada multigravida pada kehamilan 20 minggu(Sujiatini, 2009)
2. Pemeriksaan
fisik
a. Pemeriksaan
bagian luar bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul.
b. Pemeriksaan
inspekulo: perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum(Sujiatini, 2009)
3. Pemeriksaan penunjang
a.
USG untuk diagnosis pasti, yaitu menentukan
letak plasenta.
b.
Pemeriksaan darah: hemoglobin, hematokrit.
E. KOMPLIKASI
PLASENTA PREVIA
1. Proplas
tali pusat
2. Proplas
plasenta
3. Plasenta
melekat, dikeluarkan dengan manual atau kerokan
4. Robekan
jalan lahir karena tindakan
5. Perdarahan
post partum( Nugraheny, 2010)
F. PENANGANAN
PLASENTA PREVIA
1. Harus
dilakukan dirumah sakit dengan fasilitas operasi
2. Sebelum
dirujuk, anjurkan pasien untuk tirah berbaring total dengan menghadap kekiri,
tidak melakukan senggama, menghindar peningkatan tekanan rongga perut(missal
batuk, mengedan karena sulit buang air besar).
3. Pasng
infuse NaCl fisiologis, bila tidak memungkinkan beri cairan peroral.
4. Pantau
tekanan darah dan frekuensi nadi pasien secara teratur tiap 15 menit untuk mendeteksi
adanya hipotensi atau syok akibat perdarahan.
5. Bila
terjadi rejatan, segera lakukan pemberian cairan dan tranfusi darah.
6. Pengelolaan
plasenta previa tergantung dari banyak perdarahan, umur kehamilan dan derajat
plasenta previa.
7. Jangan
melakukan pemeriksaan dalam atau tampon vagina, karena akan memperbanyak
perdarahan dan menyebabkan infeksi (Nugroho, 2010).
Menurut
nugraheny 2010, Cara persalinan antara lain:
1. Persalinan
pervaginam
Amniotomi
dengan syarat (plasenta previa lateralis/ marginalis dengan pembukaan 4
cm/letak rendah/ janin sudah meninggal).
2. Persalinan
perabdomen
a. Plasenta
previa sentralis janin hidup/meninggal.
b. Semua
plasenta previa lateralis posterior karena perdarahan sulit dikontrol.
c. Plasenta
previa dengan panggul sempit, letak lintang.
3. Penanganan
plasenta previa lateralis dan marginalis
a. Lakukan
amniotomi.
b. Berikan
oksitosin tiap setengah jam per drip.
c. Bila
belum berhasil lakukan SC.
4. Penanganan
plasenta previa sentralis (totalis): lakukan SC