Kehamilan


A. Kehamilan
1.  Pengertian kehamilan
Kehamilan adalah proses terjadinya pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa) Sarwono (2008).
Kehamilan adalah pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa dan membentuk zigot (Manuaba, 2003).
Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang sedang tumbuh didalam tubunya (yang pada umumnya didalam rahim). Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal periode menstruasi terakhir sampai melahirkan  (Saifuddin, 2006).  
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kehamilan adalah serangkaian kejadian bertemunya sel telur dan sperma sehingga terjadi proses pembuahan dan perseyawaan, konsepsi sampai menghasilkan janin yang tumbuh dalam rahim (nidasi) dan berakhir dengan lahirnya janin (Joko, 2010).



B. Antenatal Care (ANC)
1.  Pengertian
Antenatal Care (ANC) adalah pelaksanaan perawatan yang diberikan pada ibu selama kehamilan (Depkes RI, 2004). Menurut Saifuddin (2006) ANC adalah pelaksanaan memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal.
Pelayanan asuhan antenatal pada pemeriksaan kehamilan dapat diberikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat diberikan oleh dukun bayi (Dinkes Propinsi Jambi, 2004). Dengan demikian pelayanan antenatal dilaksanakan oleh tenaga profesional yaitu dokter, bidan dan perawat bidan. Selama masa kehamilan melakukan pemeriksaan setiap empat minggu sekali hingga kehamilan berusia 28 minggu, kemudian menjadi dua minggu sekali hingga kehamilan 36 minggu, dan seminggu sekali menjelang saat melahirkan (Saifuddin, 2006).
2.  Pelayanan Antenatal Care (ANC)
Pelayanan kesehatan salah satunya pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah pelayanan ANC yang dilaksanakan melalui unit-unit seperti Rumah Sakit, Puskesmas dan Posyandu yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, ibu dan anak (Dinkes Kota Jambi, 2005).
Pelayanan asuhan antenatal pada pemeriksaan kehamilan dapat diberikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat diberikan oleh dukun bayi (Dinkes Propinsi Jambi, 2004). Dengan demikian pelayanan antenatal dilaksanakan oleh tenaga profesional yaitu dokter, bidan dan perawat bidan. Selama masa kehamilan melakukan pemeriksaan setiap empat minggu sekali hingga kehamilan berusia 28 minggu, kemudian menjadi dua minggu sekali hingga kehamilan 36 minggu, dan seminggu sekali menjelang saat melahirkan (Saifuddin, 2006).
3.  Tujuan  Antenatal Care (ANC)
Menurut Saifuddin (2002) tujuan ANC adalah:
a.  Memantau kemajuan selama kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang anak.
b.  Meningkatkan pengetahuan calon ibu dan keluarga tentang kehamilan
c.  Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan ibu dan bayi dari segi fisik, mental dan sosial.
d.  Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e.  Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif.
f.   Mempersiapkan calon ibu dan anggota keluarga lainnya untuk belajar tentang tindakan-tindakan yang dapat mereka lakukan untuk menfasilitasi hasil kehamilan yang positif.
g.  Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal dan anggota keluarga menerima pengalaman kehamilan dengan cara positif.
4.  Manfaat  Antenatal Care (ANC)
Antenatal care memberikan manfaat dengan ditemukannya kelainan yang menyertai hamil secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan persalinannya. Sehingga kesehatan ibu yang optimal dapat meningkatkan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan janin (Manuaba, 1998:128).
5.  Kegiatan yang dilakukan pada Antenatal Care (ANC)
Kegiatan yang dilakukan pada ANC menurut Izaatijanah tahun 2011 adalah meliputi 14 T yaitu timbang berat badan (T1), Ukur berat badan dalam kilo gram tiap kali kunjungan. Kenaikan berat badan normal pada waktu hamil 0,5 kg per minggu mulai trimester kedua. Ukur tekanan darah (T2), ukur tekanan darah yang normal 110/80 – 140/90 mmHg, bila melebihi dari 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya preeklamsi. Ukur tinggi fundus uteri (T3), pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4), pemberian imunisasi TT (T5), pemeriksaan Hb (T6), Pemeriksaan VDRL (T7), perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara (T8), pemeliharaan tingkat kebugaran / senam ibu hamil (T9), temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (T10), pemeriksaan protein urine atas indikasi (T11), pemeriksaan reduksi urine atas indikasi (T12), pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok (T13), pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria (T14) Timbang berat badan.

C.  Tanda-tanda Bahaya Pada Kehamilan
1.    Pengertian Tanda-tanda Bahaya Pada kehamilan
Tanda-tanda bahaya pada kehamilan adalah suatu keadaan yang menunjukkan bahwa ibu dan janin dalam keadaan bahaya dan memerlukan pertolongan segera ke pelayanan kesehatan (Jubaidah, 2005).
Menurut Manuaba (2003) tanda-tanda bahaya pada kehamilan adalah keadaan bahaya ibu hamil yang memerlukan tindakan pertolongan segera.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tanda-tanda bahaya pada kehamilan adalah keadaan ibu hamil dan janinnya yang memerlukan pertolongan segera ke pelayanan kesehatan.


2.    Tanda-Tanda Bahaya Pada Ibu Hamil
Tanda-tanda bahaya pada ibu hamil menurut Manuaba (2003) adalah :
a.    Ibu hamil tidak mau makan dan muntah terus
b.    Berat badan ibu hamil tidak naik
c.    Perdarahan
d.    Bengkak tangan/wajah,pusing dan dapat diikuti kejang
e.    Gerakan janin berkurang atau tidak ada
f.     Kelainan letak janin didalam rahim
g.    Ketuban pecah sebelum waktunya
h.    Persalinan lama
i.      Penyakit ibu hamil yang berpengaruh terhadap kehamilan
j.      Demam tinggi pada kehamilan

D. Oedema  Pada Kehamilan Trimester III
1.  Pengertian
Oedema pada kehamilan adalah suatu keadaan saat hamil terjadi pengumpulan cairan dalam jaringan tubuh. Rata-rata calon ibu mengumpulkan 3-6 liter cairan, dan separonya terjadi dalam 10 minggu terakhir kehamilan. Atau sering juga diartikan pembengkakan karena tertahannya cairan di dalam jaringan tubuh (Jubaidah, 2005).
Menurut Manuaba (1998) edema adalah penumpukan cairan yang terjadi sangat normal selama kehamilan trimester III jika tidak disertai dengan kenaikan berat badan secara signifikan dan kenaikan tekanan darah yang tidak terlalu tinggi. Sekitar 50% wanita hamil mengalami kondisi seperti pada saat berbadan dua. Tampaknya kondisi cenderung kian memburuk pada trimester ketiga.
Oedema atau pembengkakan pada kaki saat hamil disebabkan peningkatan volume darah selama kehamilan dan tekanan dari rahim ke pembuluh darah di kaki, Oedema kaki ringan sering terjadi selama kehamilan. Namun, komplikasi serius kehamilan seperti trombosis pembuluh darah dalam dan preeklamsia juga bisa menyebabkan Oedema (Yessi, 2011).
Jadi dapat disimpulkan bahwa oedema  pada kehamilan adalah penumpukan cairan 3-6 liter yang sering terjadi pada 50% ibu hamil yang diakibatkan tertahannya cairan dalam tubuh namun tidak disertai dengan kenaikan berat nadan yang signifikan dan tekanan darah yang tidak tinggi.
2.  Pembagian Oedema Pada Kehamilan
a.    Kasus ringan: Oedema jelas muncul di kaki dan kaki tetapi dapat hilang setelah istirahat.
b.    Kasus sedang: Oedema meluas ke paha dan vulva atau bahkan yang melibatkan perut.
c.    Kasus berat : Oedema Umum kadang disertai dengan asites (penimbunan cairan di perut) (Yessi, 2011).


3.  Gejala Oedema yang Dapat Dirasakan Ibu Hamil :
Bila Oedema yang diderita masih tergolong ringan, gejalanya akan berupa pembengkakan pada betis dan telapak kaki yang dapat hilang dengan sendirinya setelah beristirahat dengan cukup. Bila edema ini lebih parah, pembengkakan tidak hanya terjadi pada kaki dan betis tapi menyebar hingga ke paha, alat kelamin (terutama bibir kemaluan sebelah luar), serta daerah sekitar perut. Sedangkan jika masuk kategori parah, dapat terjadi hingga seluruh bagian perut dan disertai gejala acites (akumulasi cairan di dalam perut) (www.ibuhamil.com.2008).
Jika hasil pemeriksaan kesehatan sebelum hamil calon ibu menderita hipertensi akibat gemar mengkonsumsi makanan bercita rasa asin. Jika sudah dideteksi sebelum kehamilan terjadi, kemungkinan Oedema bisa dicegah. Antara lain dengan mengubah kebiasaan mengkonsumsi garam (Saifuddin, 2002).
4.  Cara Mengatasai Oedema Pada Kehamilan Menurut Santoso (2005) :
a.    Saat bangun pagi, angkatlah kaki anda untuk beberapa saat, misalnya dengan menggunakan bantal sebagai pengganjal. Sehingga aliran darah tidak mengumpul pada daerah pergelangan dan telapak kaki.
b.    Apabila masih bekerja di kantor, usahakan posisi kaki lebih tinggi pada saat duduk. Gunakan bangku kecil atau tatakan lain yang cukup tebal sebagai penopang kaki.
c.    Angkat kaki Anda sesering mungkin sehingga memberi kesempatan cairan yang ada di bagian kaki megalir ke atas.
d.    Perbanyak istirahat degan cara berbaring miring.
e.    Anda bisa mencoba memakai stocking penyangga otot perut untuk menghindari terjadinya penimbunan pada perut sekaligus kaki.
f.     Jangan memakai stocking atau kaus kaki yang memilii karet elastik yang dapat “mengigit” betis Anda sehingga dapa tmenghambat aliran darah dan cairan di daerah betis.
g.    Perbanyak minum air putih paling sedikit 2 liter sehari. Dengan banyak memasukkan cairan ke tubuh, justru membuat tubuh hanya sedikit menyimpan air.
h.    Biasakan rutin berolahraga saat sesuai kondisi Anda. Dianjurkan untuk berenang dan mengendarai sepeda statis.
i.      Makan secara teratur.
j.      Hindari konsumsi natrium (Na secara berlebihan dengan mengurangi makanan yang asin.

Plasenta previa


A.   Pengertian Plasenta previa
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaaan normal plasenta terletak di bagian atas uterus (Prawirohardjo, 2006)
Plasenta previa adalah keadaan implantasi plasenta demikian rupa sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh mulut rahim. Dengan makin tuanya kehamilan dsan terjadi pembentukan segmen bawah rahim, terjadinya pergeseran plasenta beserta pembuluh darahnya. Bentuk perdarahan dapat sedikit demi sedikit atau disertai gumpalan darah (Bandiyah, 2009).
Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu sat segmen bawah uteri telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Umumnya terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan (Sujiatini, 2009).
Pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks menyebabkan sinus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tak dapat dihindarkan karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti plasenta letak normal (Nugroho, 2010).

B.   KLASIFIKASI
1.    Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum.
2.    Plasenta previa persialis adalah plasenta yang menutupi sebagai ostium uteri internum.
3.    Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri internum.
Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi, oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini dari pada plasenta letak rendah,yang  mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai (Rukiyah, 2010).
Menurut Browne:
a.    Tingkat 1: lateral plasenta previa
Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai segmen bawah rahim, namun tidak sempai kepinggir pembukaan.
b.    Tingkat 2: marginal plasenta previa
Plasenta mencapai pinggir pembukaan (ostium).
c.      Tingkat 3: complete plasenta previa
Plasenta menutupi ostium waktu tertutup, dan tidak menutupi bila pembukaan hampir lengkap.
d.    Tingkat 4: central plasenta previa
Plasenta menutupi seluruhnya pada pembukaan hampir lengkap.

C.   FAKTOR ETIOLOGI
Menurut manuaba (2008) faktor-faktor penyebab terjadinya plasenta previa meliputi:
1.    Gangguan kesuburan endometrium
a.    Usia
Menurut prawihardjo (2006) bahwa usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun karena kematian ibu pada usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Hal ini dikarenakan pada wanita usia kurang dari 20 tahun seringkali secara emosional dan fisik belum matang, pendidikan pada umumnya rendah, masih tergantung pada orang lain dan alat reproduksi belum matur sehingga tidak memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Sedangkan pada wanita yang usia lebih dari 35 tahun meskipun mereka telah berpengelaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi janin intra uterine (Di akses tanggal 6 Januari 2012, Apuranto, 2006).
b.    Paritas
Menurut cunningham (2009) paritas merupakan salah satu faktor resiko penyebab tingginya kejadian plasenta previa, karena semakin tinggi pula tingkat kematian ibu, begitu juga paritas 1, yang termasuk faktor resiko selama kehamilan dan persalinan, sehingga paritas yang paling aman bila ditinjau dari sudut kematian ibu adalah paritas 2-3. hal ini dikarenakan pada paritas 1 ibu biasanya masih takut dan cemas dalam menghadapi kehamilan dan persalinan sehingga mengakibatkan gangguan pada kehamilan dan persalinan tersebut. Sedangkan pada kehamilan dan persalinan karena uterus yang telah melahirkan banyak anak cenderung bekerja tidak efisien sehingga dapat menyebabkan gangguan selama kehamilan dan persalinan tersebut (Oxorn, 2003).
c.    Riwayat SC
Pada wanita yang pernah menjalani operasi sesar sebelumnya, maka sekitar 4 dari 100 wanita tersebut akan mengalami 4 kali atau lebih menjalani operasi sesar, maka dari 1 dari 10 wanita ini akan mengalami plasenta previa.
Salah satu penyebab plasenta previa disini yaitu riwayat sc, dimana saat kehamilan yang sebelumnya menjalani operasi sesar, maka bagian dinding uterus telah diinsisi maka untuk kehamilan selanjutnya tidak menutup kemungkinan plasenta menempel dibagian bawah uterus.


d.    Bekas dilatasi dan riwayat kuretase
Ibu yang pernah melakukan kuretase sebelumnya dapat menyebabkan plasenta previa karena pada bagian endometrium dapat rusak karena kuretase yang dilakukan, maka untuk kehamilan selanjutnya plasenta akan mencari tempat implementasi yang lebih bagus.
e.    Gizi ibu
Gizi ibu yang kurang baik dapat menyebabkan plasenta previa dimana gizi ibu yang kurang baik menyebabkan endometrium tumbuh tidak baik. Dimana keadaan endometrium yang kurang baik, menyebabkan bahwa plasenta harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin, karena luasnya mendekati atau menutupi ostium internum.

2.    Pelebaran implantasi plasenta yaitu pada kehamilan ganda.
Memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup atau diperlukan lebih banyak seperti pada kehamilan kembar, plasenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluas permukaan sehingga mendekati atau menutupi sama sekali permukaan jalan lahir (Winkjosastro, 2007).



D.   MANIFESTASI KLINIS
1.      Anamnesa
a.      Perdarahan jalan lahir berwarna merah segar tanpa rasa nyeri, tanpa sebab.
b.      Terutama pada multigravida pada kehamilan 20 minggu(Sujiatini, 2009)
2.      Pemeriksaan fisik
a.      Pemeriksaan bagian luar bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul.
b.      Pemeriksaan inspekulo: perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum(Sujiatini, 2009)
3.   Pemeriksaan penunjang
a.      USG untuk diagnosis pasti, yaitu menentukan letak plasenta.
b.     Pemeriksaan darah: hemoglobin, hematokrit.

E.  KOMPLIKASI PLASENTA PREVIA
1.  Proplas tali pusat
2.  Proplas plasenta
3.  Plasenta melekat, dikeluarkan dengan manual atau kerokan
4.  Robekan jalan lahir karena tindakan
5.  Perdarahan post partum( Nugraheny, 2010)


F.    PENANGANAN PLASENTA PREVIA
1.    Harus dilakukan dirumah sakit dengan fasilitas operasi
2.    Sebelum dirujuk, anjurkan pasien untuk tirah berbaring total dengan menghadap kekiri, tidak melakukan senggama, menghindar peningkatan tekanan rongga perut(missal batuk, mengedan karena sulit buang air besar).
3.    Pasng infuse NaCl fisiologis, bila tidak memungkinkan beri cairan peroral.
4.    Pantau tekanan darah dan frekuensi nadi pasien secara teratur tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya hipotensi atau syok akibat perdarahan.
5.    Bila terjadi rejatan, segera lakukan pemberian cairan dan tranfusi darah.
6.    Pengelolaan plasenta previa tergantung dari banyak perdarahan, umur kehamilan dan derajat plasenta previa.
7.    Jangan melakukan pemeriksaan dalam atau tampon vagina, karena akan memperbanyak perdarahan dan menyebabkan infeksi (Nugroho, 2010).




Menurut nugraheny 2010, Cara persalinan antara lain:
1.    Persalinan pervaginam
Amniotomi dengan syarat (plasenta previa lateralis/ marginalis dengan pembukaan 4 cm/letak rendah/ janin sudah meninggal).
2.    Persalinan perabdomen
a.    Plasenta previa sentralis janin hidup/meninggal.
b.    Semua plasenta previa lateralis posterior karena perdarahan sulit dikontrol.
c.    Plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang.
3.    Penanganan plasenta previa lateralis dan marginalis
a.    Lakukan amniotomi.
b.    Berikan oksitosin tiap setengah jam per drip.
c.    Bila belum berhasil lakukan SC.
4.    Penanganan plasenta previa sentralis (totalis): lakukan SC 

A.    Air Susu Ibu (ASI)  Eksklusif
            1.      Definisi
     Air susu ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. Banyak hal yang menyebabkan ibu tidak mau menyusui diantaranya kurang memahami keutamaan ASI dibanding makanan pengganti ASI yang sering dikenal dengan PASI (pengganti Air Susu Ibu). (Baskoro, 2008:1)
            Air susu ibu (ASI) Eksklusif  yaitu pemberian hanya ASI saja tanpa ada tambahan cairan atau makanan lain. Agar pemberian ASI Eksklusif berhasil, selain tidak memberikan susu formula, perlu pula diperhatikan cara menyusui yang baik dan benar yaitu tidak dijadwalkan, ASI diberikan sesering mungkin termasuk menyusui pada malam hari.(Depkes RI,2003: 34).
            Air susu ibu (ASI) Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, madu, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim. (Utami Roesli, 2000 : 3).

2.      Manfaat ASI Eksklusif
a.         Bagi bayi
Menurut Utami Roesli (2001 : 29-33)
1)      ASI sebagai nutrisi dan mengandung vitamin yang cukup untuk memenuhi kebutuhan makanan bayi.
2)      ASI mengandung zat kekebalan untuk melindungi bayi dari berbagai macam penyakit infeksi.
3)      ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi.
4)      ASI tidak mudah tercemar (ASI steril).
5)      ASI mengandung berbagai antibody terhadap penyakit yang disebabkan bakteri, virus, jamur, dan parasit yang menyerang manusia.
b.        Bagi Ibu
Menurut Utami roesli (2000 : 13-15)
1)        Mengurangi pendarahan setelah melahirkan.
2)        Membantu mempercepat pengembalian rahim ke bentuk semula.
3)        Mengurangi kemungkinan menderita kanker.
4)        Lebih ekonomis, tidak merepotkan dan hemat waktu
5)    Memberi kepuasan bagi ibu dan dapat berfungsi sebagai kontrasepsi alamiah.
c.         Bagi negara
Menurut  Berhman. (2003 : 10)
1)        Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi dan balita.
2)        Mengurangi subsidi untuk rumah sakit.
3)        Peningkatan devisa untuk pembelian susu formula.
4)        Meningkatkan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk membangun negara.
3.      Komposisi ASI
Komposisi ASI sedemikian khususnya, sehingga komposisi ASI dari satu ibu ke ibu lainnya berbeda. Jadi komposisi ASI ternyata tidak tetap dan tidak sama dari waktu ke waktu dan disesuaikan dengan kebutuhan bayinya. jenis-jenis ASI sesuai perkembangan bayi :
Menurut Roesli (2001:25-26) perbedaan komposisi ASI dari hari ke hari :
a.         Colostrums (susu jolong)
1)      Merupakan cairan yang pertama keluar dari kelenjar payudara dan keluar pada hari pertama sampai hari ke_4-7.

2)      Komposisinya selalu berubah dari hari ke hari,
3)      Merupakan cairan kental dengan warna kekuning-kuningan, lebih kuning dibanding susu mature.
4)      Merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan bayi yang akan datang.
5)      Lebih banyak mengandung protein, sedangkan kadar karbohidrat dan lemaknya rendah disbanding ASI mature.
6)      Mengandung zat anti infeksi 10-17 lebih banyak dari ASI mature.
7)      Total energi lebih rendah bila disbanding ASI mature.
8)      Volume berkisar 150-300ml/24 jam.
b.        ASI transisi/peralihan
1)      ASI yang diproduksi pada hari ke 4 sampai hari ke 7 sampai hari ke 10 sampai 14.
2)      Kadar protein berkurang, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak meningkat.
3)      Volume meningkat.
c.         ASI mature
1)        Merupakan ASI yang diproduksi sejak hari ke 14 dan seterusnya.
2)        Komposisi relative konstan
3)        Pada ibu yang sehat damn memiliki jumlah ASI yang cukup. ASI ini merupakan makanan yang paling baik bagi bayi sampai umur 6 bulan. (Roesli,2001:25-26)
4.      Manajemen laktasi
Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya. Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a.         Pada Masa Kehamilan  (Antenatal)
1)      Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya pemberian susu botol.
2)      Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan putting susu, apakah ada kelainan atau tidak. Disamping itu perlu dipantau kenaikan berat badan ibu hamil.
3)      Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI yang cukup.
4)       Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan trisemester kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat belum hamil.
5)      Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini perlu diperhatikan keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan dan membesarkan hatinya. (Perinesia, 2003).
b.        Pada masa segera setelah persalinan (prenatal)
1)      Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menyusui yang   baik dan benar, yakni: tentang posisi dan cara melakatkan bayi pada payudara ibu.
2)      Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam sehari agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.
3)      Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000S1) dalam waktu dua minggu setelah melahirkan.
c.         Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal)
1)      Menyusui dilanjutkan secara eksklusif selama 6 bulan pertama usia bayi, Yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya.
2)      Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih banyak dari biasa dan minum minimal 8 gelas sehari.
3)      Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.
4)      Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang keberhasilan menyusui.
5)      Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada permasalahan  menysusui seperti payudara bengkak disertai demam.(Huliana, Meliana, 2003).
5.      Cara menyusui ASI Eksklusif bagi ibu yang bekerja dan cara penyimpanannya
Menurut  Berhman. (2003 : 5) ada beberapa cara yang dianjurkan pada ibu menyusui yang bekerja. yaitu :
a.       Susuilah bayi sebelum bekerja.
b.      ASI dikeluarkan untuk persediaan dirumah sebelum berangkat kerja.
c.       Pengosongan payudara ditempat kerja setiap 3-4 jam.
d.      ASI dapat disimpan dilemari pendingin dan dapat diberikan pada bayi saat ibu bekerja dengan cangkir.
e.       Pada saat ibu dirumah,sesering mungkin bayinya disusui dang anti jadwal menyusui sehingga banyak menyusui dimalam hari.
f.       Keterampilan mengeluarkan ASI dan merubah jadwal menyusui sebaiknya telah mulai dipraktekkan sejak satu bulan kembali kerja.
g.      Minum dan makan makanan yang bergizi dan cukup selama bekerja dan selama menyusui bayinya.
Penyimpanan ASI
a.         Simpan ASI dalam wadah plastik khusus atau jika tidak plastik gula ukuran ½ kg, satu bungkus untuk ukuran sekali minum agar ASI tidak terbuang jika tidak habis.
b.        Beri kode tanggal dan jam pemerahan sebelum disimpan di freezer.
c.         Menyimpan ASI 6-8 jam ditemperatur ruangan dengan 19oC-25oC bila masih    kolostrum (susu awal 1-7 Hari) bias sampai 12 jam.
d.        Menyimpan ASI 1 hari di lemari Es dengan suhu 4ºC.
e.         Menyimpan ASI 2 minggu sampai 4 bulan di freezer dalam lemari es dengan suhu 4ºC.
f.         Menyimpan ASI bertahun-tahun “deep freezer”dengan suhu 18ºC.
g.        ASI yang beku perlu dicairkan dahulu dalam lemari es 4ºC. ASI tidak boleh dipanaskan/dimasak, hanya dihangatkan dengan merendam cangkir dalam air hangat.
Sebaiknya bayi disusui secara nir-jadwal (on demand), karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena selain kencing, sakit atau sekedar ingin didekap atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara  sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya bayi akan menyusui dengan jadwal yang tidak teratur dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian.
Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan pada ibu agar berusaha menyusui sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. (Baskoro, 2008 : 85-91)