Kehamilan


A. Kehamilan
1.  Pengertian kehamilan
Kehamilan adalah proses terjadinya pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa) Sarwono (2008).
Kehamilan adalah pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa dan membentuk zigot (Manuaba, 2003).
Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang sedang tumbuh didalam tubunya (yang pada umumnya didalam rahim). Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal periode menstruasi terakhir sampai melahirkan  (Saifuddin, 2006).  
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kehamilan adalah serangkaian kejadian bertemunya sel telur dan sperma sehingga terjadi proses pembuahan dan perseyawaan, konsepsi sampai menghasilkan janin yang tumbuh dalam rahim (nidasi) dan berakhir dengan lahirnya janin (Joko, 2010).



B. Antenatal Care (ANC)
1.  Pengertian
Antenatal Care (ANC) adalah pelaksanaan perawatan yang diberikan pada ibu selama kehamilan (Depkes RI, 2004). Menurut Saifuddin (2006) ANC adalah pelaksanaan memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal.
Pelayanan asuhan antenatal pada pemeriksaan kehamilan dapat diberikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat diberikan oleh dukun bayi (Dinkes Propinsi Jambi, 2004). Dengan demikian pelayanan antenatal dilaksanakan oleh tenaga profesional yaitu dokter, bidan dan perawat bidan. Selama masa kehamilan melakukan pemeriksaan setiap empat minggu sekali hingga kehamilan berusia 28 minggu, kemudian menjadi dua minggu sekali hingga kehamilan 36 minggu, dan seminggu sekali menjelang saat melahirkan (Saifuddin, 2006).
2.  Pelayanan Antenatal Care (ANC)
Pelayanan kesehatan salah satunya pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah pelayanan ANC yang dilaksanakan melalui unit-unit seperti Rumah Sakit, Puskesmas dan Posyandu yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, ibu dan anak (Dinkes Kota Jambi, 2005).
Pelayanan asuhan antenatal pada pemeriksaan kehamilan dapat diberikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat diberikan oleh dukun bayi (Dinkes Propinsi Jambi, 2004). Dengan demikian pelayanan antenatal dilaksanakan oleh tenaga profesional yaitu dokter, bidan dan perawat bidan. Selama masa kehamilan melakukan pemeriksaan setiap empat minggu sekali hingga kehamilan berusia 28 minggu, kemudian menjadi dua minggu sekali hingga kehamilan 36 minggu, dan seminggu sekali menjelang saat melahirkan (Saifuddin, 2006).
3.  Tujuan  Antenatal Care (ANC)
Menurut Saifuddin (2002) tujuan ANC adalah:
a.  Memantau kemajuan selama kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang anak.
b.  Meningkatkan pengetahuan calon ibu dan keluarga tentang kehamilan
c.  Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan ibu dan bayi dari segi fisik, mental dan sosial.
d.  Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e.  Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif.
f.   Mempersiapkan calon ibu dan anggota keluarga lainnya untuk belajar tentang tindakan-tindakan yang dapat mereka lakukan untuk menfasilitasi hasil kehamilan yang positif.
g.  Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal dan anggota keluarga menerima pengalaman kehamilan dengan cara positif.
4.  Manfaat  Antenatal Care (ANC)
Antenatal care memberikan manfaat dengan ditemukannya kelainan yang menyertai hamil secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan persalinannya. Sehingga kesehatan ibu yang optimal dapat meningkatkan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan janin (Manuaba, 1998:128).
5.  Kegiatan yang dilakukan pada Antenatal Care (ANC)
Kegiatan yang dilakukan pada ANC menurut Izaatijanah tahun 2011 adalah meliputi 14 T yaitu timbang berat badan (T1), Ukur berat badan dalam kilo gram tiap kali kunjungan. Kenaikan berat badan normal pada waktu hamil 0,5 kg per minggu mulai trimester kedua. Ukur tekanan darah (T2), ukur tekanan darah yang normal 110/80 – 140/90 mmHg, bila melebihi dari 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya preeklamsi. Ukur tinggi fundus uteri (T3), pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4), pemberian imunisasi TT (T5), pemeriksaan Hb (T6), Pemeriksaan VDRL (T7), perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara (T8), pemeliharaan tingkat kebugaran / senam ibu hamil (T9), temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (T10), pemeriksaan protein urine atas indikasi (T11), pemeriksaan reduksi urine atas indikasi (T12), pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok (T13), pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria (T14) Timbang berat badan.

C.  Tanda-tanda Bahaya Pada Kehamilan
1.    Pengertian Tanda-tanda Bahaya Pada kehamilan
Tanda-tanda bahaya pada kehamilan adalah suatu keadaan yang menunjukkan bahwa ibu dan janin dalam keadaan bahaya dan memerlukan pertolongan segera ke pelayanan kesehatan (Jubaidah, 2005).
Menurut Manuaba (2003) tanda-tanda bahaya pada kehamilan adalah keadaan bahaya ibu hamil yang memerlukan tindakan pertolongan segera.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tanda-tanda bahaya pada kehamilan adalah keadaan ibu hamil dan janinnya yang memerlukan pertolongan segera ke pelayanan kesehatan.


2.    Tanda-Tanda Bahaya Pada Ibu Hamil
Tanda-tanda bahaya pada ibu hamil menurut Manuaba (2003) adalah :
a.    Ibu hamil tidak mau makan dan muntah terus
b.    Berat badan ibu hamil tidak naik
c.    Perdarahan
d.    Bengkak tangan/wajah,pusing dan dapat diikuti kejang
e.    Gerakan janin berkurang atau tidak ada
f.     Kelainan letak janin didalam rahim
g.    Ketuban pecah sebelum waktunya
h.    Persalinan lama
i.      Penyakit ibu hamil yang berpengaruh terhadap kehamilan
j.      Demam tinggi pada kehamilan

D. Oedema  Pada Kehamilan Trimester III
1.  Pengertian
Oedema pada kehamilan adalah suatu keadaan saat hamil terjadi pengumpulan cairan dalam jaringan tubuh. Rata-rata calon ibu mengumpulkan 3-6 liter cairan, dan separonya terjadi dalam 10 minggu terakhir kehamilan. Atau sering juga diartikan pembengkakan karena tertahannya cairan di dalam jaringan tubuh (Jubaidah, 2005).
Menurut Manuaba (1998) edema adalah penumpukan cairan yang terjadi sangat normal selama kehamilan trimester III jika tidak disertai dengan kenaikan berat badan secara signifikan dan kenaikan tekanan darah yang tidak terlalu tinggi. Sekitar 50% wanita hamil mengalami kondisi seperti pada saat berbadan dua. Tampaknya kondisi cenderung kian memburuk pada trimester ketiga.
Oedema atau pembengkakan pada kaki saat hamil disebabkan peningkatan volume darah selama kehamilan dan tekanan dari rahim ke pembuluh darah di kaki, Oedema kaki ringan sering terjadi selama kehamilan. Namun, komplikasi serius kehamilan seperti trombosis pembuluh darah dalam dan preeklamsia juga bisa menyebabkan Oedema (Yessi, 2011).
Jadi dapat disimpulkan bahwa oedema  pada kehamilan adalah penumpukan cairan 3-6 liter yang sering terjadi pada 50% ibu hamil yang diakibatkan tertahannya cairan dalam tubuh namun tidak disertai dengan kenaikan berat nadan yang signifikan dan tekanan darah yang tidak tinggi.
2.  Pembagian Oedema Pada Kehamilan
a.    Kasus ringan: Oedema jelas muncul di kaki dan kaki tetapi dapat hilang setelah istirahat.
b.    Kasus sedang: Oedema meluas ke paha dan vulva atau bahkan yang melibatkan perut.
c.    Kasus berat : Oedema Umum kadang disertai dengan asites (penimbunan cairan di perut) (Yessi, 2011).


3.  Gejala Oedema yang Dapat Dirasakan Ibu Hamil :
Bila Oedema yang diderita masih tergolong ringan, gejalanya akan berupa pembengkakan pada betis dan telapak kaki yang dapat hilang dengan sendirinya setelah beristirahat dengan cukup. Bila edema ini lebih parah, pembengkakan tidak hanya terjadi pada kaki dan betis tapi menyebar hingga ke paha, alat kelamin (terutama bibir kemaluan sebelah luar), serta daerah sekitar perut. Sedangkan jika masuk kategori parah, dapat terjadi hingga seluruh bagian perut dan disertai gejala acites (akumulasi cairan di dalam perut) (www.ibuhamil.com.2008).
Jika hasil pemeriksaan kesehatan sebelum hamil calon ibu menderita hipertensi akibat gemar mengkonsumsi makanan bercita rasa asin. Jika sudah dideteksi sebelum kehamilan terjadi, kemungkinan Oedema bisa dicegah. Antara lain dengan mengubah kebiasaan mengkonsumsi garam (Saifuddin, 2002).
4.  Cara Mengatasai Oedema Pada Kehamilan Menurut Santoso (2005) :
a.    Saat bangun pagi, angkatlah kaki anda untuk beberapa saat, misalnya dengan menggunakan bantal sebagai pengganjal. Sehingga aliran darah tidak mengumpul pada daerah pergelangan dan telapak kaki.
b.    Apabila masih bekerja di kantor, usahakan posisi kaki lebih tinggi pada saat duduk. Gunakan bangku kecil atau tatakan lain yang cukup tebal sebagai penopang kaki.
c.    Angkat kaki Anda sesering mungkin sehingga memberi kesempatan cairan yang ada di bagian kaki megalir ke atas.
d.    Perbanyak istirahat degan cara berbaring miring.
e.    Anda bisa mencoba memakai stocking penyangga otot perut untuk menghindari terjadinya penimbunan pada perut sekaligus kaki.
f.     Jangan memakai stocking atau kaus kaki yang memilii karet elastik yang dapat “mengigit” betis Anda sehingga dapa tmenghambat aliran darah dan cairan di daerah betis.
g.    Perbanyak minum air putih paling sedikit 2 liter sehari. Dengan banyak memasukkan cairan ke tubuh, justru membuat tubuh hanya sedikit menyimpan air.
h.    Biasakan rutin berolahraga saat sesuai kondisi Anda. Dianjurkan untuk berenang dan mengendarai sepeda statis.
i.      Makan secara teratur.
j.      Hindari konsumsi natrium (Na secara berlebihan dengan mengurangi makanan yang asin.