1.1
Deteksi Dini
Kehamilan Risiko
Tinggi
1.1.1 Pengertian
Deteksi
dini kehamilan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang
mempunyai faktor risiko dan komplikasi kebidanan (Depkes RI, 2010). Deteksi dini
kehamilan adalah upaya dini yang dilakukan untuk mengatasi kejadian resiko
tinggi pada ibu hamil (Ikhsan, 2006).
1.1.2
Kehamilan Risiko Tinggi
Kehamilan
risiko tinggi adalah suatu keadaan di mana kehamilan itu dapat berpengaruh
buruk terhadap keadaan ibu atau sebaliknya, penyakit ibu dapat berpengaruh
buruk pada janinnya, atau keduanya ini saling berpengaruh. Kehamilan risiko
tinggi (high risk pregnancy) merupakan ancaman (Saefudin, 2003).
1.1.3 Faktor
Risiko pada ibu hamil
Ibu
hamil yang mempunyai faktor risiko perlu mendapat pengawasan yang lebih
intensif dan perlu di bawa ketempat pelayanan kesehatan sehingga risikonya
dapat di kendalikan (manuaba, 1998).
Faktor
risiko pada ibu hamil menurut Depkes RI (2010) sebagai berikut :
a.
Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b.
Anak lebih dari 4.
c.
Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang
dari 2 tahun.
d.
Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas
kurang dari 23,5 cm, atau penambahan
berat badan < 9 kg selama masa
kehamilan.
e.
Anemia dengan haemoglobin < 11 g/dl.
f.
Tinggi badan < 145 cm, atau dengan kelainan bentuk
panggul dan tulang belakang
g.
Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum
kehamilan ini.
h.
Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain :
tuberkulosis, kelainan jantung, ginjal, hati, psikosis, kelainan endokrin
(Diabetes melitus, Sistemik lupus Eritematosus,dll), tumor dan keganasan.
i.
Riwayat kehamilan buruk : keguguran berulang, kehamilan
ektopik terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat
kongenital.
j.
Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio
sesarea, ekstraksi vakum/forseps.
k.
Riwayat nifas dengan
komplikasi : perdarahan pasca persalinan, infeksi masa nifas, psikosis post
partum (post partum blues).
l.
Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis,
hipertensi dan riwayat cacat kongenital.
m.
Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dempet,
monster.
n.
Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, janin
besar.
o.
Kelainan letak dan posisi janin : lintang/oblique, sungsang
pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu.
1.1.4
Komplikasi pada ibu hamil menurut Depkes RI (2010) adalah :
a.
Ketuban pecah dini.
b.
Perdarahan pervaginam :
Perdarahan pada ante partum yaitu keguguran, placenta
previa, solutio placenta.
c.
Hipertensi dalam kehamilan (HDK): tekanan darah tinggi
(sistolik >140 mmHg, diastolik > 90 mmHg), dengan atau tanpa edema
pretibial.
d.
Ancaman persalinan prematur.
e.
Infeksi berat dalam kehamilan: demam berdarah, tifus
abdominalis, sepsis.
f.
Distosia, persalinan macet, persalinan tak maju.
Sebagian besar kematian ibu
dapat di cegah apabila mendapat penanganan yang adekuat di fasilitas pelayanan
kesehatan. Faktor waktu dan transportasi merupakan hal yang sangat menentukan
dalam merujuk kasus risiko tinggi. Oleh karenanya deteksi dini faktor risiko
pada ibu merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah kematian dan kesakitan ibu (Depkes
RI, 2010).
1.1.5
Komplikasi dan dampak dari kehamilan berisiko pada janin,
menurut Depkes RI (2010), yaitu :
a.
Kematian janin intra uterin.
b.
Prematuritas dan BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah < 2500
gram).
c.
Asfiksia.
d.
Infeksi bakteri.
e.
Kejang.
f.
Ikterus.
g.
Diare.
h.
Hipotermia.
i.
Tetanus neonatorum.
j.
Masalah pemberian ASI.
k.
Trauma lahir, sindroma gangguan pernafasan, kelainan
kongenital, dll
1.1.6
Tanda Bahaya Kehamilan
Tanda-tanda bahaya kehamilan
dapat menimbulkan komplikasi pada ibu maupun janin. Tanda-tanda bahaya dalam
kehamilan terdiri dari :
a.
Tanda bahaya pada masa hamil muda
1). Perdarahan pada masa hamil muda
a). Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan ( oleh
akibat-akibat tertentu) sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu hidup di luar kandungan.
b). Kehamilan
ektopik adalah kehamilan yang terjadi diluar rahim misalnya dalam tuba,
ovarium, rongga perut, serviks, partsinterstisialis tuba atau dalam tanduk
rudimenter rahim. Kehamilan ektopik dikatakan terganggu apabila berakhir dengan
abortus atau rupture tuba, kebanyakan kehamilan ektopik terjadi di dalam tuba.
c). Mola Hidatidosa adalah
suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang
menjadi embrio.
2).
Hipertensi Gravidarum
Hipertensi yang menetap oleh sebab apapun yang sudah
ditemukan pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu.
3).
Superimposed Preeklamsi
Hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan dan di perberat
oleh kehamilan ( Pantiawati dan Saryono, 2010).
b.
Tanda bahaya pada kehamilan lanjut
1).
Perdarahan pervaginam
a)
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi
sebagian /seluruh ostiumuteri internum.
b) Solutio plasenta ( Abruptio placenta ) adalah lepasnya
plasenta sebelum waktunya.
c) Gangguan pembekuan darah
2). Sakit kepala yang berat
Sakit
kepala yang menunjukan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang menetap dan tidak
hilang jika dibawa istirahat.
3).
Penglihatan kabur
Karena
pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah dalam kehamilan.
Masalah penglihatan yang mengindikasikan
keadaan yang mengancam adalah perubahan penglihatan yang mendadak
mungkin merupakan suatu tanda preeklamsia.
4). Bengkak di wajah dan jari-jari tangan
Bengkak
bisa menunjukan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan tangan, tidak
hilang jika di bawa istirahat dan diikuti dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa merupakan
pertanda anemia, gagal jantung dan preeklampsia.
5).
Keluar cairan pervaginam
Keluarnya
cairan berupa air-air dari vagina pada trimester 3 sebelum proses persalinan
berlangsung ketuban dinyatakan pecah
dini.
6).
Gerakan janin tidak terasa
Bila
Ibu tidak merasakan gerakan janinnya atau gerakan janin kurang dari 3 kali
dalam periode 3 jam.
7).
Nyeri abdomen yang hebat
Nyeri abdomen yang menunjukan masalah yang mengancam
keselamatan jiwa adalah nyeri yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah di
bawa istirahat.( Pantiawati dan Saryono, 2010).
1.1.7
Penanganan Komplikasi Kebidanan
Penanganan
komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan komplikasi kebidanan
untuk mendapat penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan
kompeten pada tingkat pelayanan dasardan
rujukan (Depkes RI, 2009).
Diperkirakan
sekitar 15-20% ibu hamil akan mengalami komplikasi kebidanan. Komplikasi dalam
kehamilan dan persalinan tidak slalu dapat diduga sebelumnya, oleh karenanya
semua persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan agar komplikasi agar
segera dapat dideteksi dan ditangani.
Untuk
meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan komplikasi kebidanan maka
diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan
yang mampu memberikan pelayanan obstetri emergensi secara berjenjang
mulai dari bidan, puskesmas mampu Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi
Dasar (PONED) sampai Rumah sakit Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) yang siap selama 24 jam (Depkes RI, 2009).
1.1.8
Pelayanan medis yang dapat dilakukan di puskesmas mampu
PONED adalah pelayan Obstetrinya yaitu:
a.
Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas.
b.
Pencegahan dan penanganan hipertensi dalam kehamilan
(Preeklamsi dan eklamsi).
c.
Pencegahan dan penangan infeksi.
d.
Penanganan partus lama/macet.
e.
Penanganan abortus.
f.
Stabilisasi komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan
transportasi rujukan.
Dengan adanya Puskesmas
mampu PONED maka kasus-kasus komplikasi kebidanan dapat ditangani secara
optimal sehingga dapat mengurangi kematian ibu (Depkes RI, 2009)
1.1.9
Standar waktu
pelayanan ANC
a.
Minimal 1 kali pada triwulan pertama.
b.
Minimal1 kali pada triwulan kedua.
c.
Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
Standar waktu pelayanan ANC
tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa
deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi (Depkes RI, 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar