MALARIA

1. Pengertian Malaria

Malaria adalah penyakit yang bisa menjadi kronis karena sel darah yang terinfeksi berat dari plasmodium dapat menimbulkan hambatan sirkulasi terjadi trombosit dan emboli mengakibatkan KID (Koagulasi Intravaskuler Desimenata) pada sel darah yang terinfeksi. (Balai penerbit FKUI,1996:504)

Malaria terjadi bila eritrosit di inovasi oleh salah satu dari empat spesies. Parasit protozoa genus plasmodium. Ia di tandai dengan demam tinggi, yang sering intermiten dengan anemia dan pembesaran limfa (Nelson, 1987 : 1199).

2. Etiologi Malaria

Penyakit malaria disebabkan oleh parasit yang sangat kecil yang sebagian daur hidupnya ada dalam sel darah merah. Parasit malaria ini ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Jika seseorang digigit oleh nyamuk yang sudah terinfeksi parasit malaria sebagian parasit mulai berkembangbiak didalam beberapa sel darah merah. Sel darah merah ini kemudian juga menjadi rusak (Biddulph,J, 1999:167).


Di Indonesia dikenal empat jenis penyebab penyakit malaria, yaitu Plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium falciparum. Gejala dan intensitas serangan empat plasmodium tersebut pada garis besarnya sama. Namun setiap plasmodium tersebut memberikan karakteristik tersendiri dalam hal intensitas dan frekuensi serangan (Mursito, 2002:5).

Jenis-jenis plasmodium penyebab penyakit malaria yang banyak terjadi di Indonesia terdiri dari empat jenis,yaitu:

a. Plasmodium Vivax

Plasmodium ini menyebabkan malaria tertiana. Jenis malaria ini tersebar hampir di seluruh kepulauan Indonesia dan merupakan jenis malaria yang paling banyak dijumpai di daerah malaria. Masa inkubasi malaria tertiana berkisar antara 12-17 hari, yang diawali dengan gejala nyeri kepala, nyeri pinggang, mual, muntah, dan badan terasa lesu. Pada awalnya timbul demam yang tidak teratur kemudian disusul dengan teratur setiap 48 jam sekali diwaktu siang atau sore hari. Suhu badan dapat mencapai 410C. Keadaan ini dapat diikuti dengan pembengkakan limfa dan timbul cacar harpes pada bibir, pusing dan rasa ngantuk.Kondisi tersebut terjadi karena ada gangguan di otak.

b. Plasmodium Malariae

Plasmodium malaria akan menyebabkan serangan demam 4 hari sekali sehingga sering dikenal dengan istilah malaria kuartana. Jenis malaria ini dapat tumbuh di daerah tropik, baik didataran rendah maupun tinggi.

Masa inkubasi plasmodium ini antara 18-40 hari gejala serangannya menyerupai plasmodium vivax namun demam dirasakan pada sore hari dengan frekuensi yang teratur. Plasmodium malariae dapat menyebabkan gangguan pada ginjal yang bersifat menahun

c. Plasmodium Ovale

Plasmodium ovale banyak dijumpai di Indonesia bagian timur, terutama di Papua. Gejalanya mirip dengan serangan plasmodium vivax. Malaria yang disebabkan parasit jenis ini relatif jarang kambuh dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.

d. Plasmodium Falciparum

Penyakit malaria yang disebabkan oleh plasmodium falciparum banyak dijumpai di seluruh kepulauan Indonesia. Penyakit malaria jenis ini termasuk malaria ganas dengan masa inkubasi 9-14 hari. Serangan dari plasmodium jenis ini diawali dengan rasa nyeri kapala, pegal linu, dan nyeri pinggang yang dilanjutkan dengan rasa mual serta muntah dan diare. Suhu badan tidak terlalu tinggi seperti serangan plasmodium yang lain sehingga penderita tidak terasa sakit malaria.

3. Gejala Malaria

Menurut Mansjoer (2001: 410), gejala dan tanda-tanda malaria antara lain:

a. Demam

Demam periodik berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporulasi). Pada malaria tertian (Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari ke 3, sedangkan malaria kuartana (Plasmodium malariae) pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan ditandai dengan beberapa serangan demam periodik. Demam khas malaria terdiri atas 3 stadium, yaitu menggigil (15 menit-1 jam), puncak demam (2-6 jam), dan berkeringat (2-4 jam). Demam akan mereda secara bertahap karena tubuh dapat beradaptasi terhadap parasit dalam tubuh dan ada respons imun.

b. Splenomegali

Splenomegali merupakan gejala khas malaria kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam, dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat yang bertambah.

c. Anemia

Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia karena Plasmodium falsiparum. Anemia disebabkan oleh:

1) Penghancur eritrosit yang berlebihan

2) Eritrosit normal tidak dapat bertahan hidup lama (reduced survival time)

3) Eritrosit normal tidak dapt bertahan hidup lama (reduced survival time)

4) Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang (diseritropoesis)

5) Ikterus. Ikterus disebabkan karena hemolisis dengan gangguan hepar.

4. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah tepi, pembuatan preparat darah tebal dan tipis di lakukan melihat keberadaan parasit dalam darah darah tepi, seperti trofozoit yang berbentuk cicin (Mansjoer, A, 2001:411)

5. Patogenesis

Menurut Prabowo (2004:5), kemampuan bertahannya penyakit malaria di suatu daerah ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu :

a. Parasit Malaria

Penyakit malaria disebabkan oleh parasit malaria ( yaitu suatu protozoa darah yang termasuk genus plasmodium) yang di bawa oleh nyamuk anopheles. Ada empat spesies plasmodium penyebab malaria pada manusia, yaitu plasmodium vivax, plasmodium falciparum, plasmodium malariae, plasmodium ovale. Masing-masing spesies plasmodium menyebabkan infeksi malaria yang berbeda-beda. Plasmodium vivax menyebabkan malaria vivax/tertian, plasmodium falciparum menyebabkan malaria falciparum/ tropika, plasmodium malariae menyebabkan malaria malaria/quartana, dan plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale (Prabowo, 2004 : 5).

Seorang penderita dapat di hinggapi lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Biasanya, penderita paling banyak di hinggapi dua jenis parasit malaria, yakni campuran antara plasmodium falciparum dan plasmodium vivax atau plasmodium ovale.

Ciri utama genus plasmodium adalah adanya dua siklus hidup, yakni siklus hidup aseksual serta siklus seksual (Prabowo, 2004:4).

a. Fase Aseksual

Seksual di mulai ketika anopheles betina mengigit manusia dan memasukkan sporozoit yang terdapat pada air liurnya ke dalam aliran darah manusia. Jasad yang langsing dan lincah ini dalam waktu 30 menit sampai satu jam memasuki sel parenkim hati dan berkembang biak membentuk skizogoni eksoeritrosit karena parasit belum masuk ke sel darah merah. Lama fase ini berbeda untuk tiap spesies plasmodium. Pada akhir fase, skizon hati pecah, merozoit keluar, lalu masuk dalam aliran darah (disebut sporulasi). Pada plasmodium vivax dan plasmodium ovale, sebagian sporozoit membentuk hipnozoit dalam hati (atau sprozoit yang “tidur” selama periode tertentu) sehingga mengakibatkan relaps jangka panjang yaitu kembalinya penyakit setelah tampak mereda atau rekurens (Prabowo, 2004:6).

Fase eritrosit dimulai saat merozoit dalam darah menyerang sel darah merah dan membentuk tropozoit- skizon-merozoit. Setelah dua sampai tiga generasi, merozoit terbentuk, lalu sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual.


b. Fase Seksual

Jika nyamuk anopheles betina mengisap darah manusia yang mengandung parasit malaria, parasit bentuk seksual masuk ke dalam perut nyamuk. Bentuk ini mengalami pematangan menjadi moikrogametosit dan terjadilah pembuahan yang disebut zigot (ookinet). Selanjutnya, ookinet menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi ookista. Jika ookista pecah, ribuan sporozoit dilepaskan dan mencapai kelenjar air liur nyamuk dan siap ditularkan jika nyamuk menggigit tubuh manusia (Prabowo, 2004:6).

Patogenesis malaria ada dua cara :

1. Alami, melalaui gigitan nyamuk ke tubuh manusia

2. Induksi, suntikan atau pada bayi baru lahir melalui plasenta ibu yang terinfeksi (kongenital).

6. Komplikasi Malaria

Menurut Prabowo (2004:24) Malaria berat juga dapat menimbulkan kompikasi lainnya, seperti edema paru, pendarahan spontan, hiperpireksia (suhu tubuh diatas 41 0C), dan sepsis (infeksi yang mengenai seluruh tubuh).

7. Pencegahan Malaria

Cara mencegah penyakit malaria menurut Depkes RI,2004:

1. Menghindari gigitan nyamuk

a. Tidur memakai kelambu

b. Memakai obat anti nyamuk

c. Mengolesi badan dengan obat anti nyamuk (repelen)

d. Memasang kawat kasa

e. Menjauhkan kandang ternak dari rumah

f. Jangan berada diluar rumah pada malam hari. Apabila pada malam hari sebaiknya memakai pakaian yang tertutup (menggunakan lengan panjang) atau memakai obat anti nyamuk oles (repelen)

2. Pengobatan Pencegahan

Minum obat pencegahan

3. Pencegahan Massal

a) Membersihkan lingkungan

b) Membersihkan lumut

c) Menimbun genangan air

d) Penyuluhan untuk mencegah munculnya tempat berkembangbiak nyamuk.

Pencegahan penyakit malaria menurut Prabowo (2004) adalah mengoles atau refelent keseluruh tubuh pada saat sore dan malam hari, membersihkan lingkungan tempat tinggal dari genangan air, menanam tanaman yang bisa mengusir nyamuk malaria, dam memasang kawat kasa diventilasi rumah.

8. Pengobatan Malaria

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang mempengaruhi angka kematian bayi, anak dan ibu melahirkan serta dapat menurunkan produktivitas kerja. Untuk itu beberapa cara yang dapat dilakukan untuk pengobatan pada malaria :
a. Pengobatan untuk mencegah

Pemberian obat antimalaria bertujuan untuk mencegah timbulnya infeksi atau gejala-gejala penyakit malaria.

b. Pengobatan untuk terapeutik (kuratif)

Obat antimalaria digunakan untuk penyembuhan infeksi malaria yang telah ada, penanggulangan serangan malaria akut, serta pengobatan radikal.

c. Pengobatan untuk mencegah terjadinya penularan

Pengobatan bertujuan untuk mencegah infeksi nyamuk atau mempengaruhi perkembangan sporrogoni pada nyamuk. Dalam rangka pemberantasan malaria, pemerintah melakukan cara-cara pengobatan berikut ini:

1) Pengobatan presumtif

Pengobatan presumtif dilaksanakan dengan cara penemuan penderita secara intensif, baik secara aktif maupun secara pasif di unit-unit pelayanan kesehatan yang ada. Tujuan pengobatan ini adalah untuk meringankan gejala malaria dan mencegah penularan selama penderita menunggu hasil pemeriksaan laboratorium.

2) Pengobatan sumatif

Pengobatan inidiberikan kepada semua penderita demam didaerah endemis malaria yang berobat diunit-unit pelayanan kesehatan.

3) Pengobatan radikal

Pengobatan ini diberikan kepada penderita didaerah nonendemis dan penderita dan penderita dari daerah endemis malaria yang akan berpegian ke daerah nonendemis malaria. Tujuannya adalah membasmi semua infeksi malaria dan mencegah timbulnya relaps.

4) Pengobatan masal

Pengobatan masal diberikan kepada suatu kelompok penduduk tertentu didaerah yang endemis malaria. Sasaran pengobatan bisa seluruh penduduk atau kelompok penduduk yang tidak kebal (seperti bayi, balita ibu hamil atau menyusui dan pendatang baru dari daerah yang nonendemis).

Tujuan pengobatan penyakit malaria pada anak adalah untuk mencegah terjadinya infeksi atau timbulnya gejala klinis. Penyembuhan dapat diperoleh dengan pemberian terapi jenis ini pada infeksi malaria oleh plasmodium falciparum karena parasit ini tidak mempunyai fase eksoeritrosit (Mansjoer2001:411).

9. Tindakan Keperawatan

Menurut Mansjoer, A (2001:415) pengobatan malaria pada anak-anak pada dasarnya sama dengna pengobatan pada orang dewasa . umumnya anak-anak lebih tahan terhadap kina, tetapi pemberian klorokuin ini perlu dilakukan secara hati-hati. Obat yangdapat diberikan adalah :

A. Malaria Falsiparum

Lini pertama pengobatan malaria falsiparum adalah Artemisinin Combination Therapy (ACT), pada saat ini pada program pengendalian malaria mempunyai 2 sediaan yaitu : Artesunate – Amodiaquin, Dihydroartemisinin – Piperaquin (saat ini khusus digunakan untuk Papua dan wilayah tertentu).(Depkes, 2008 : 11).

Kemasan Artesunat ditambah Amodiaquin terdiri dari dua blister Amodiaquin terdiri dari 12 tablet @ 200 mg = 153 mg amodiaquin basa, dan blister artesunat terdiri dari 12 tablet @ 50 mg, obat kombinasi tersebut diberikan peroral selama tiga hari dengan dosis tunggal untuk amodiaquin basa sebanyak 10 mg/kgbb dan artesunat sebanyak 4 mg/kg bb. Kemasan artesunat ditambah amodiaquin terdiri dari 3 blister (setiap hari 1 blister untuk dosis dewasa, setiap blester terdiri dari 4 tablet artesunat @ 50mg dan 4 tablet amodiaquin @ 150 mg. (Depkes, 2008 : 11).

Primakuin yang beredar di Indonesia dalam bentuk tablet berwarna coklat kecoklatan yang mengandung 25mg garam yang setara 15mg basa, primakuin diberikan peroral dengan dosis tunggal 0,75 mg basa/kgbb yang diberikan pada hari pertama. Primakuin tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, bayi < 1tahun dan penderita defisiensi G6-PD. (Depkes, 2008 : 11).

Tabel 2.1
Pengobatan Lini Pertama Malaria Falsiparum Menurut Kelompok Umur Dengan Artesunat – Amodiaquin.
Hari
Jenis Obat
Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
0 – 1 Bulan
2 – 11 Bulan
1 – 4 Tahun
5 -9 Tahun
10 – 14 Tahun
≥ 15 Tahun
1.
Artesunat
¼
½
1
2
3
4
Amodiaquin
¼
½
1
2
3
4
Primakuin
-
-
¾
1 ½
2
2 - 3
2.
Artesunat
¼
½
1
2
3
4
Amodiaquin
¼
½
1
2
3
4
3.
Artesunat
¼
½
1
2
3
4
Amodiaquin
¼
½
1
2
3
4
Sumber : Depkes, 2008.

Sebaiknya obat diberikan sesuai dengan berat badan karena jika tidak sesuai dengan berat badan akan menimbulkan antara lain adalah efek samping yang lebih berat karena dosis yang tidak tepat (berlebih) akan muntah, mual dan sakit kepala. (Depkes, 2008 : 12).

Pada lini kedua pengobatan malaria falsifarum yaitu kina tablet adalah tablet yang mengandung 200 mg kina fosfat atau sulfat, kina diberikan peroral 3 kali sehari dengan dosis 10 mg/kgbb/kali selama 7 hari. Doksisiklin yaitu tablet yang mengandung 50 mg dan 100 mg doksisiklin HCl, diberikan 2kali perhari selama 7 hari, dengan dosis orang dewasa adalah 4mg/Kgbb/hari, sedangkan untuk anak usia 8-14 tahun adalah 2 mg/kgbb/hari, juga doksisiklin tidak diberikan pada ibu hamil dan anak usia < 8 tahun. Tetrasiklin adalah kapsul yang mengandung 250 mg atau 500 mg tetrasiklin HCl, tetrasiklin diberikan 4kali perhari selama 7hari dengan dosis 4-5 mg/kgbb/kali, tetrasiklin tidak boleh diberikan seperti pada doksisiklin. Primakuin adalah dosis maksimal penderita dewasa yang diberikan 9 tablet dan primakuin 3 tablet. (Depkes, 2008 : 13).

Tabel 2.2
Pengobatan Lini Kedua Untuk Malaria Falsifarum
Hari
Jenis Obat
Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
0 – 11 Bulan
1 – 4 Tahun
5 -9 Tahun
10 – 14 Tahun
≥ 15 Tahun
1.
Kina
*)
3 × ½
3 ×1
3 × 1 ½
3 × (2-3)
Doksisiklin
-
-
-
2×1 **)
2×1 ***)
Primakuin
-
¾
1 ½
2
2 - 3
2.
Kina
*)
3 × ½
3 × 1
3 × ½
3 × (2-3)
Doksisiklin
-
-
-
2 × 1**)
2 × 1***)
*) Dosis diberikan kg/bb, **) 2 × 50 mg Doksisiklin, ***) 2 × 100 mg Doksisiklin. Depkes, 



Malaria Vivaks dan Ovale (Tertiana)

Pengobatan malaris vivaks dan ovale saat ini menggunakan ACT (Artemisinin Combination Therapy) yaitu artesunat ditambah amodiaquin atau dihydroartemisinin piperaquin (DHP), dosis obat untuk malaria vivax sama dengan malaria falsifarum dimana perbedaannya adalah pemberian obat primakuin selama 14 hari dengan dosis 0,25 mg/kg BB. (Depkes, 2008 : 14).

Pengobatan efektif apabila sampai hari ke-28 setelah pemberian obat, ditemukan keadaan klnis sembuh sejak hari ke-4 dan tidak ditemukan parasit stadium aseksual sejak hari ke-7. (Depkes, 2008 : 15).

Pengobatan lini kedua malaria vivaks adalah kina tablet yaitu yang mengandung 200 mg kina fosfat atau sulfat, kina diberikan peroral 3 kali sehari dengan dosis 10mg/kgBB/kali selama 7 hari. Primakuin dosisnya 0,25 mg/kgBB per hari yang diberikan selama 14 hari, primakuin tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, bayi < 1 tahun dan penderita defisiensi G6-PD.
Tabel 2.3
Pengobatan Lini Kedua Malaria Vivaks/ Malaria Ovale
Hari
Jenis Obat
Jumlah tablet per hari menurut kelompok umur
0 -1 bulan
2 – 11 bulan
1 – 4 tahun
5 – 9 tahun
10 – 14 tahun
≥ 15 tahun
H1-7
Kina
*)
*)
3 × ½
3 × 1
3 × 1 ½
3 × 3
H1-14
Primakuin
-
-
¼
½
¾
1
Sumber : Depkes, 2008.
C.        Malaria Vivaks yang Kambuh
Pengobatan kasus malaria vivaks kambuh sama dengan regimen sebelumnya hanya dosis primakuin ditingkatkan, primakuin diberikan selama 14 hari dengan dosis 0,5 mg/kgbb/hari. (Depkes, 2008 : 16).
Khusus untuk penderita defisiensi enzim G6PD yang dapat diketahui melalui anamnesis ada keluhan atau riwayat warna urine coklat kehitaman setelah minum obat (golongan sulfa, primakuin, kina, klorokuin dan lain-lain), maka pengobatan diberikan secara mingguan. (Depkes, 2008 : 16).
 
Tabel 2.4
Pengobatan Malaria Vivaks Penderita Defisiensi G6PD
Lama Minggu
Jenis Obat
Jumlah tablet per hari menurut kelompok umur
0 -1 bulan
2 –11 bulan
1 – 4 tahun
5 – 9 tahun
10 – 14 tahun
≥ 15 tahun
8 - 12
Artesunat
¼
½
1
2
3
3 - 4
8 - 12
Amodiaquin
¼
½
1
2
3
3 - 4
Sumber : Depkes, 2008